Kala Air Rawa Dianggap Berkah bagi Masyarakat Asmat Papua

Kala Air Rawa Dianggap Berkah bagi Masyarakat Asmat Papua

Di tengah kemajuan teknologi dan modernisasi yang terus berkembang pesat, masyarakat Asmat, Papua, tetap bergantung pada sumber daya alam tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Salah satu yang paling mencolok adalah ketergantungan mereka pada air rawa sebagai sumber utama air minum. Masyarakat Asmat telah lama mengandalkan air rawa sebagai sumber air bersih.

Air rawa di daerah ini tidak hanya untuk air minum, tetapi juga digunakan untuk memasak, mencuci, dan keperluan sehari-hari lainnya. Kondisi geografis dan keterbatasan akses terhadap air bersih membuat rawa-rawa di daerah ini menjadi tumpuan hidup mereka.

Air rawa mungkin dianggap tidak layak diminum tanpa proses penyaringan atau pengolahan. Namun, masyarakat Asmat percaya bahwa air rawa merupakan rahmat dari Tuhan. Keyakinan ini mendalam dan diwariskan dari generasi ke generasi. Bagi masyarakat Asmat, air rawa adalah anugerah.

Mereka percaya bahwa rahmat Tuhan melindungi mereka sehingga tidak jatuh sakit meskipun mengonsumsi air yang bagi kebanyakan orang mungkin tidak layak minum. Kepercayaan ini telah tertanam kuat dalam budaya dan kehidupan sehari-hari mereka. Itulah yang diungkapkan salah seorang warga Asmat, Isak (29).

“Air rawa aman. Itu alam memang dia dukung kita khusus kita di Asmat, kalau minum air rawa itu memang Tuhan sudah takdirkan untuk kita. Biasa saja, tidak pernah sakit perut, tidak ada, tidak pernah hal itu terjadi,” ucap Isak.

Namun, dari sudut pandang kesehatan, mengonsumsi air rawa sebenarnya berisiko tinggi. Air rawa bisa mengandung berbagai macam mikroorganisme dan bahan kimia yang berbahaya. Tanpa pengolahan yang tepat, konsumsi air seperti ini dapat menyebabkan penyakit antara lain diare, infeksi parasit, dan penyakit kulit.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan, dr. Steven Langi mengungkapkan, air rawa untuk diminum sebaiknya dimasak dahulu sampai matang.

“Kita sudah beri tahu bahwa air sungai atau air rawa itu harus dimasak untuk mencegah terjadinya wabah misalnya buang air besar sembarangan. Tetapi balik ke masyarakat, namun kami anjurkan untuk gunakan air yang dimasak,“ ujar Steven.

Pemerintah Indonesia dan berbagai organisasi non-pemerintah (NGO) telah berupaya untuk meningkatkan akses air bersih di daerah-daerah terpencil seperti Papua. Salah satunya, Wahana Visi Indonesia (WVI) yang menempatkan tangki penampungan air hujan (PAH) di rumah-rumah warga Asmat.

“Kita ada juga pembangunan penampungan air hujan atau PAH. Meski menjadi tantangan juga di awal-awal,” ujar Program Koordinator area program Asmat di WVI, Ibeth Sinaga.

WVI melalui program Asmat Hope masih terus mendampingi masyarakat dan anak-anak di Kabupaten Asmat hingga saat ini. Pembangunan penampungan air hujan merupakan salah satu program yang dilakukan WVI guna membantu masyarakat memiliki pola hidup yang lebih bersih dan sehat.

Dengan adanya tangki, masyarakat bisa menampung air hujan untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tangki penyimpan air yang dibagikan WVI rata-rata kapasitasnya 1.100 liter. Kapasitas penampungan ini bisa digunakan selama satu bulan untuk kebutuhan sehari-hari.

Jika intensitas hujan turun dengan deras, maka dalam waktu 4-5 jam penampungan air pun sudah bisa penuh. Dengan begitu, masyarakat tidak perlu lagi mengonsumsi air rawa.

Meski demikian, proses ini membutuhkan waktu dan dukungan berkelanjutan. Agar warga Kabupaten Asmat bisa mendapatkan sumber air yang lebih baik masyarakat bisa berdonasi melalui link berikut ini: https://staging.wahanavisi.org/id/orders/review
 

Sumber: Kala Air Rawa Dianggap Berkah bagi Masyarakat Asmat Papua (kompas.com)


Artikel Terkait