Perempuan Penyandang Disabilitas Berhasil Bersuara di Tingkat Internasional

Perempuan Penyandang Disabilitas Berhasil Bersuara di Tingkat Internasional

Ratna Sari, seorang penyandang tuna daksa, tidak pernah membayangkan dirinya menjadi narasumber di sebuah acara internasional. Sehari-hari ia hanya seorang perempuan yang bekerja di sebuah rumah makan. Ia tinggal di salah satu kelurahan padat dan rawan banjir yang berada di Jatinegara, Jakarta Timur. Namun, pada Juni 2023 lalu, ia menyuarakan praktik baik penyusunan rencana Aksi Dini di kelurahannya yang partisipatif, juga inklusif. Ia menjadi perwakilan Indonesia dalam acara The 7th Asia Pacific Dialogue Platform on Anticipatory Action yang diselenggarakan di Kathmandu, Nepal. 

Ketika menjadi narasumber dalam satu talkshow di kegiatan tersebut, ia membagikan pengalaman dan pengetahuan tentang pentingnya partipasi aktif dalam penyusunan rencana aksi dini/aksi antisipasi, terutama bagi para penyandang disabilitas. Ia juga mengungkapkan apresiasinya saat selalu dilibatkan dalam setiap implementasi dan pengambilan keputusan tentang aksi antisipasi di kelurahannya. Apalagi ini adalah kali pertama ia terlibat aktif dalam kegiatan di kelurahan. 

“Kegiatan aksi antisipasi selalu melibatkan semua lapisan masyarakat, tidak terkecuali masyarakat berisiko tinggi sehingga kami dapat mengetahui secara langsung aksi dini yang ditetapkan, jalur evakuasi yang disepakati, alur informasi peringatan dini yang diberikan, dan lain sebagainya”, ujar Ratna. 

Menurut Ratna, tantangan yang dihadapi terkait aksi antisipasi adalah ketika melakukan evakuasi. Dengan kondisi jalan yang kecil, rumah yang berdempetan dan padat, jalur evakuasi dan titik kumpul pun areanya sempit. Hal ini membuat warga kesulitan melakukan evakuasi. Belum lagi bila orang yang dievakuasi harus menggunakan alat bantu mobilitas yang memakan ruang. 

Pemukiman di kelurahan ini juga terletak di dataran rendah sehingga memiliki kerentanan yang tinggi terhadap bencana banjir. Ketika hujan deras atau sungai-sungai yang berdekatan meluap, daerah ini kerap banjir. Keadaan ini juga dipengaruhi oleh letak topografi kelurahan yang berada di aliran sungai Ciliwung. Bencana banjir sampai sudah menjadi hal yang dianggap biasa oleh warga sekitar. Oleh karena itu, kesiagaan masyarakat tidak boleh kendur karena banjir selalu menjadi risiko yang mudah berubah menjadi ancaman dan bahaya. 

Ratna berharap kedepannya, rencana aksi antisipasi akan lebih banyak disosialisasikan. Terutama kepada kelompok berisiko tinggi sehingga mereka dapat lebih paham dan percaya diri untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana di kelurahan.  

WVI mendukung kegiatan-kegiatan tersebut melalui proyek ANTICIPATION, bekerja sama ADH, badan pendanaan dari jerman. Project ini mulai diimplementasikan selama 15 bulan di dua daerah yakni, Jakarta Timur dan Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Selain memfasilitasi masyrakat dalam penyusunan aksi dini, project ini juga menekankan aspek partisipatif dan inklusif. Hal ini merupakan bagian penting karena anak, perempuan, dan penyandang disabilitas merupakan kelompok yang paling rentan saat terjadi bencana. 

"Saya juga berharap, nanti partisipasi dapat lebih inklusif dengan melibatkan juru bahasa isyarat atau akses penunjang lainnya dalam kegiatan sosialisasi atau pelatihan,” harap Ratna.

 

 

Penulis: Tim proyek ANTICIPATION 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait