Menu Padat Gizi itu Murah dan Mudah

Menu Padat Gizi itu Murah dan Mudah

“Akhirnya setelah mengikuti Pos Gizi, berat badan Sabita bisa naik sampai 1,32 kg setelah 10 hari. Awalnya hanya 10 kg saja pada penimbangan berat badan di hari pertama, dan kenaikan berat badan ini merupakan kenaikan berat badan yang paling tinggi semenjak dia dilahirkan,” kata Evie (27 tahun), ibu dari Sabita, sambil tersenyum. 

Evie adalah salah satu orang tua peserta Pos Gizi yang konsisten melakukan pengolahan makanan dengan bahan yang murah, mudah didapat, tapi tetap padat gizi. Pos Gizi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk penanganan anak yang mengalami masalah gizi underweight atau berat badan kurang. Kegiatan Pos Gizi yang dilaksanakan di Simokerto ini difasilitasi oleh Wahana Visi Indonesia bersama Amertha Kasih (FKM Universitas Airlangga, Surabaya). Dalam implementasinya, WVI bersama Amertha Kasih bekerja sama dengan Ahli Gizi di Puskesmas membuat menu-menu Pos Gizi yang diberi judul Menu Kejar Tumbuh. 

Semua bahan makanan yang ada dalam Menu Kejar Tumbuh mudah didapat dan murah sehingga dapat dimasak setiap hari oleh orang tua peserta Pos Gizi. Untuk proses pengolahannya juga sederhana, contohnya menu soto ayam, perkedel ayam, lele goreng dan sayur bobor, nasi goreng ayam, sup sayuran, dan ayam filet goreng.  

Menu ini menjadi acuan bagi Evie dalam menyediakan makanan yang beragam dan padat gizi untuk Sabita. Nafsu makan Sabita juga meningkat karena setiap hari menu makannya berbeda. “Hari ini saya masak perkedel dan sayur sup untuk Sabita. Untuk perkedel, hari ini saya tambahkan daging sapi supaya Sabita semakin bertambah nafsu makannya. Dari semua menu yang diajarkan di Pos Gizi, yang paling disukai Sabita itu menu perkedel. Kalau lagi suka, bisa minta nambah sampai tiga potong dalam sekali makan,” cerita Evie. “Bersyukur sekarang berat badannya sudah naik, saya akan tetap berusaha untuk memberikan makanan-makanan ini supaya Sabita tetap sehat,” lanjutnya.  

Selain makin sadar akan pentingnya asupan yang padat gizi bagi anaknya, Evie juga makin paham bahwa mengolah makanan bergizi itu tidak sulit. Makanan bergizi bisa dibuat dari bahan-bahan lokal. “Sekarang ini saya sudah tahu terkait bahan makanan yang bergizi. Ternyata ada di sekitar rumah. Saya juga ingat semua bahan makanan yang harus dimasak karena selama Pos Gizi masing-masing orang tua sudah dibagi tugas untuk selalu membawa bahan makanan mentahnya,” tutur Evie. 

Sekarang, Evie biasa membeli sayur-mayur di warung di dekat rumahnya. Sedangkan untuk lauk-pauk, Evie membeli di pasar. Ia juga jadi terbiasa mengatur jadwal belanja bahan makanan agar tetap segar. “Untuk anak, saya upayakan semuanya harus bisa dibeli supaya Sabita bisa sehat selalu,” ungkap Evie. 

Perubahan perilaku pemberian makan yang Evie alami terjadi karena keterlibatannya dalam Pos Gizi. Terlebih karena kegiatan Pos Gizi lebih menitikberatkan pada praktik langsung pembuatan menu-menu makanan padat gizi. Karena telah mencoba dan membuktikan sendiri bahwa makanan bergizi itu tidak sulit dibuat maka para orang tua jadi terpicu untuk mengubah kebiasaan pemberian makan yang lama. 

“Kenaikan berat badan Sabita membuat saya tetap semangat dalam membuat menu-menu bergizi di rumah. Selain itu, selama ikut Pos Gizi saya juga diajarkan bagaimana untuk tetap menjaga kebersihan anak misalkan, selalu memakai sandal ketika berkegiatan di luar, menjaga kebersihan dengan mencuci tangan supaya tidak sakit. Saya optimis, kalau Sabita bisa makin sehat dengan berat badan yang terus naik setiap bulannya,” harap Evie. 

 

 

Penulis: Gloriana Seran (MCHN Spesialis Zona Sambawa-Kalbar) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait